Butbut besar (bahasa Latin = Centropus Sinensis) adalah spesies burung dari keluarga Cuculidae, dari genus Centropus. Burung ini merupakan jenis burung pemakan ulat, belalang,
kumbang, hemiptera, katak, kadal yang memiliki habitat di tepi hutan,
belukar sekunder, semak tepi sungai, hutan mangrove. tersebar sampai
ketinggian 1.200 m dpl.
Badan
Bubut besar memiliki tubuh berukuran besar (46 cm). Bulu seluruhnya
hitam biru-ungu mengkilap. Sayap, mantel, dan bulu penutup sayap coklat
berangan. Iris merah, paruh hitam, kaki hitam. Sering hinggap di atas
tanah atau pada semak-semak dan pohon. Lebih menyukai vegetasi yang
rapat.
Suara
Suara nyanyian yang terdiri dari beberapa nada rendah "but but but"
yang meningkat temponya, kadang diselingi bunyi ketukan keras "trotok
trotok trotok", saling bergantian. Secara umum suaranya lebih rendah dibanding bubut yang lain.
Asal mula nama
Burung ini dinamakan but-but karena
setiap mengeluarkan kicauan dengan bunyi “But… But… But…”. Suaranya yang besar
dan tidak merdu layaknya burung-burung peliharaan.
Makanan
Mencari makan ditanah. Umumnya bersembunyi di semak belukar. Terbang jarak
pendek dengan mengepak-ngepak pendek di atas vegetasi. Sering berjemur di
tempat terbuka pada pagi hari atau setelah hujan. Makanan: ulat, laba-laba, belalang, serangga lain. Pada tahun 1970 penulis pernah melihat burung Butbut sedang mencari makan di tepi sungai Lubai, desa Jiwa Baru, kec. Lubai, kab. Muara Enim, prov. Sumatera Selatan.
Sarang
Sarang berbentuk bola rumput tersembunyi dekat permukaan tanah, diantara batang rumput tinggi. Telur berwarna putih, jumlah 2-4 butir. Berbiak bulan November, Januari, Maret-Juli.
Habitat
Belukar, payau, daerah berumput terbuka, padang alang-alang. Tersebar sampai ketinggian 1.000 m dpl, jarang sampai 1.500 m dpl.
Penyebaran
India, Cina, Asia tenggara, Filipina.
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara.
Penyebaran Lokal
- Wanawisata Tinjomoyo, Gunungpati, Semarang: hutan sekunder.
- Tembalang, Semarang: kebun, tegalan.
- Sekaran, Gunungpati, Semarang: kebun, tegalan.
- Jrakah, Tugu, Semarang : persawahan, kawasan lahan basah.
- Wanawisata Penggaron, Ungaran: hutan sekunder.
- Gedongsongo, Ambarawa: hutan sekunder.
Minyak Burung Butbut
Bahan utama pembuat miyak butbut
tentulah campuran minyak dan saripati anak burung butbut itu sendiri. Menurut
cerita orang-orang tua, jika tabib ingin membuat minyak butbut ini harus
dilakukan setiap hari Jumat.
Mula-mula harus ditemukan sarang
burung butbut yang memiliki anak. Setelah didapatkan anak burung butbut yang
ditinggal induknya mencari makanan, maka si tabib akan mematahkan kaki anak
burung yang masih tinggal di sarang tersebut.
Mematahkan kaki si anak burung ini
dilakukan selama beberapa kali untuk mengetahui bekerja atau tidaknya proses
penyembuhan kaki anak burung tersebut. Hebatnya lagi, setiap kali kaki si anak burung dipatahkan,
maka bila bertemu hari Jumat berikutnya,
maka akan didapati bahwa kaki si anak burung sudah normal kembali alias sembuh.
Yang menyembuhkannya, tentu saja si
Induk. Inilah yang perlu penelitian medis. Bagaimana dan apa yang dilakukan
oleh si induk untuk mengobati anaknya. Setelah dilakukan selama beberapa minggu,
tiba waktunya untuk mengambil si anak burung untuk dijadikan minyak.
Pengolahannya ialah dengan
menggoreng anak burung tersebut dengan banyak
campuran minyak dan air. untuk mendapatkan minyaknya. Hal ini sama mirip
sekali dengan cara orang-orang tua
mengolah minyak kelapa. Ketika saripati santan kelapa kering, maka keluarlah
minyak.
Galeri
Butbut, Dewasa - Undip,
Tembalang, Semarang - � Baskoro
Butbut, Dewasa - Undip,
Tembalang, Semarang - � Baskoro
Sumber : Berbagai situs intenet
Saya mau tau mbah nmar jitu burung but but. Tadi pagi pagi saya dapat info ada burung but but d dalam rumah
ReplyDelete