Social Icons

Wednesday, August 13, 2014

Burung Butbut


Butbut besar (bahasa Latin = Centropus Sinensis) adalah spesies burung dari keluarga Cuculidae, dari genus Centropus. Burung ini merupakan jenis burung pemakan ulat, belalang, kumbang, hemiptera, katak, kadal yang memiliki habitat di tepi hutan, belukar sekunder, semak tepi sungai, hutan mangrove. tersebar sampai ketinggian 1.200 m dpl.

Badan

Bubut besar memiliki tubuh berukuran besar (46 cm). Bulu seluruhnya hitam biru-ungu mengkilap. Sayap, mantel, dan bulu penutup sayap coklat berangan. Iris merah, paruh hitam, kaki hitam. Sering hinggap di atas tanah atau pada semak-semak dan pohon. Lebih menyukai vegetasi yang rapat.

Suara

Suara nyanyian yang terdiri dari beberapa nada rendah "but but but" yang meningkat temponya, kadang diselingi bunyi ketukan keras "trotok trotok trotok", saling bergantian. Secara umum suaranya lebih rendah dibanding bubut yang lain.

Asal mula nama

Burung ini dinamakan but-but karena setiap mengeluarkan kicauan dengan bunyi “But… But… But…”. Suaranya yang besar dan tidak merdu layaknya burung-burung peliharaan. 

Makanan
Mencari makan ditanah. Umumnya bersembunyi di semak belukar. Terbang jarak pendek dengan mengepak-ngepak pendek di atas vegetasi. Sering berjemur di tempat terbuka pada pagi hari atau setelah hujan. Makanan: ulat, laba-laba, belalang, serangga lain. Pada tahun 1970 penulis pernah melihat burung Butbut sedang mencari makan di tepi sungai Lubai, desa Jiwa Baru, kec. Lubai, kab. Muara Enim, prov. Sumatera Selatan.

Sarang

Sarang berbentuk bola rumput tersembunyi dekat permukaan tanah, diantara batang rumput tinggi. Telur berwarna putih, jumlah 2-4 butir. Berbiak bulan November, Januari, Maret-Juli.


Habitat

Belukar, payau, daerah berumput terbuka, padang alang-alang. Tersebar sampai ketinggian 1.000 m dpl, jarang sampai 1.500 m dpl.

Penyebaran

India, Cina, Asia tenggara, Filipina.
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara.

Penyebaran Lokal
  • Wanawisata Tinjomoyo, Gunungpati, Semarang: hutan sekunder.
  • Tembalang, Semarang: kebun, tegalan.
  • Sekaran, Gunungpati, Semarang: kebun, tegalan.
  • Jrakah, Tugu, Semarang : persawahan, kawasan lahan basah.
  • Wanawisata Penggaron, Ungaran: hutan sekunder.
  • Gedongsongo, Ambarawa: hutan sekunder.
Minyak Burung Butbut

Bahan utama pembuat miyak butbut tentulah campuran minyak dan saripati anak burung butbut itu sendiri. Menurut cerita orang-orang tua, jika tabib ingin membuat minyak butbut ini harus dilakukan setiap hari Jumat.

Mula-mula harus ditemukan sarang burung butbut yang memiliki anak. Setelah didapatkan anak burung butbut yang ditinggal induknya mencari makanan, maka si tabib akan mematahkan kaki anak burung yang masih tinggal di sarang tersebut.

Mematahkan kaki si anak burung ini dilakukan selama beberapa kali untuk mengetahui bekerja atau tidaknya proses penyembuhan kaki anak burung tersebut. Hebatnya lagi,  setiap kali kaki si anak burung dipatahkan, maka bila  bertemu hari Jumat berikutnya, maka akan didapati bahwa kaki si anak burung sudah normal kembali alias sembuh.

Yang menyembuhkannya, tentu saja si Induk. Inilah yang perlu penelitian medis. Bagaimana dan apa yang dilakukan oleh si induk untuk mengobati anaknya. Setelah dilakukan selama beberapa minggu, tiba waktunya untuk mengambil si anak burung untuk dijadikan minyak.

Pengolahannya ialah dengan menggoreng anak burung tersebut dengan banyak  campuran minyak dan air. untuk mendapatkan minyaknya. Hal ini sama mirip sekali dengan cara  orang-orang tua mengolah minyak kelapa. Ketika saripati santan kelapa kering, maka keluarlah minyak.

Galeri

bubut_alang01.jpg
Butbut, Dewasa - Undip, Tembalang, Semarang - � Baskoro

bubut_alang03.jpg 
Butbut, Dewasa - Undip, Tembalang, Semarang - � Baskoro

Sumber : Berbagai situs intenet

1 comment:

  1. Saya mau tau mbah nmar jitu burung but but. Tadi pagi pagi saya dapat info ada burung but but d dalam rumah

    ReplyDelete

 
Blogger Templates