Social Icons

Tuesday, August 19, 2014

Mengapa Tempuah Bersarang Rendah

Diceritakan kembali.... selamat membaca...!

Sebuah pribahasa Melayu... Kalau tidak berada-ada takkan tempua bersarang rendah. Artinya: Tentu ada maksud tersembunyi seseorang berlaku secara luar biasa.

Arti dari peribahasa : Jikalau tidak berada-ada, masakan tempua bersarang rendah adalah setiap segala sesuatu ada sebab musababnya hingga terjadi seperti demikian. Peribahasa... Jikalau tidak berada-ada, masakan tempua bersarang rendah dapat anda gunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan sebagai suatu perumpamaan yang mempunyai arti Setiap segala sesuatu ada sebab musababnya hingga terjadi seperti demikian.

Sebuah Pantun...
Burung tempuah bersarang rendah, 
Hendak ku kait terasa sayang, 
Hari ini terasa cukuplah indah,
Harap-harap cerah sampai ke petang.

Cerita mengapa burung tempuah berasarang rendah, akan dimulai ketika  penulis menemukan sarang-sarang burung tempuah pada sebuah pohon yang terletak dipinggir sawah. Pengunjung blog Amar'lubai Kajian Burung, ikuti cerita selanjutnya...

Pada tahun 1973 usia penulis12 tahun, masih menjadi murid kelas VI di SD Negeri Citalaksana kecamatan Talang Padang kabupaten Tanggamus provinsi Lampung. Pada desa Citalaksana yang permai, terdapat hamparan sawah yang lebar, sejauh mata memandang terbentang luas pemandangan alam yang sejuk dipandang mata, sungguh besar anugerah dari Allah.

Sarang burung Manyar "tempuah"

Burung Manyar "Tempuah" adalah burung kecil, suara ataupun bulunya tak menarik. Jika berada dengan burung gereja, emprit dan sejenisnya penulis tak tau burung manyar yang mana. Satu yang sangat menarik, sarang burung manyar seperti kantung. Di tepi sawah milik penduduk ada beberapa pohon bayur dan pohon dadap. Pandangan penulis tertuju pada sebatang pohon bayur yang banyak sarang burung manyar "tempuah" bergelantungan. Setiap lewat tempat itu aku selalu memperhatikan, "sarang burung tempuah...!"

Sarang burung Manyar "Tempuah" dibangun oleh burung jantan. Setiap musim kawin pejantan akan berlomba membuat sarang sebagus dan sekokoh mungkin. Burung betina memilih pasangan dengan memilih sarang terbaik, bukan pejantan paling gagah. Sepertinya matre ya, tapi itulah ciptaan Allah yang tiada duanya. Kelangsungan hidup keturunan lebih penting dari pada wajah rupawan, rumah kokoh akan menyediakan tempat yang nyaman dan aman untuk calon generasi penerus. Walau tetap tidak aman dari gangguan manusia. Bagaimana nasip pejantan yang tidak terpilih? Dengan suka rela menerima kekalahan dengan merusak rumah yang telah dibangun dengan susah payah dan akan kembali membangun rumah dengan lebih kokoh di musim kawin berikutnya.

Saat beranjak dewasa, saat masa berpasangan, manyar jantan mulai membangun sarang, terbuat dari alang-alang atau daun-daun tebu atau daun-daun lain yang panjang-panjang. Benar-benar ahli dan besenilah mereka membangun sarang yang rapi serta bercitra perlindungan yang meyakinkan. Sedang yang betina melihat saja dengan santai tapi penuh perhatian pada jantan yang bekerja sambil menaksir hasil kerja para jantan, mempertimbangkannya dan memilih.  Berbahagialah yang terpilih, namun alangkah sedihnya yang tidak terpilih, sarang yang telah selesai itu dilolosi dan dibongkar sehingga semua rusak lalu segala jerih payah yang gagal itu dibuang ke tanah. Tapi syukurlah, mereka tidak putus asa. Manyar jantan yang frustasi itu mulai mencari alang-alang dan daun-daun tebu lagi dan sekali lagi dari awal mula mulai membangun sarang baru, penuh harapan, semoga kali ini berhasil dianugerahi hati berkenan sang betina. Sanggup memilih mengandaikan suatu kemampuan untuk menimbang, untuk memegang kendali nasib, untuk berkreasi. Sebab siapa berkemampuan untuk memilih dia mengatasi nasib, ia raja yang menguasai dalil rutin belaka. Dari lain pihak, dari mana perasaan sedih dan kecewa dan kejengkelan yang lalu melolosi dan merombak sesuatu yang dinilainya gagal ? Dari mana datangnya tekad baru yang kreatif kembali, yang mengandaikan jiwa yang punya harapan, yang tidak menyerah hanyut, namun aktif menimbulkan fajar baru.

Melempar sarang burung Manyar "tempuah"

Sarang Tempua bisanya tergantung tinggi di atas pohon walaupun ada yang agak rendah. Jikalau pun rendah maka pasti di dekatnya ada sarang ular, lebah atau penyengat. Tempua berlindung pada hewan-hewan tersebut. Kalau Tempua bersarang pada posisi rendah, pastilah ada yang dapat menjaganya. Orang Melayu mengatakan, “kalau tidak ada berada, takkan mungkin Tempua bersarang rendah.” Hanya karena keberadaan sesuatu hal (penjaga) maka Tempua mau bersarang di dahan rendah.

Suatu hari penulis memberanikan diri untuk mengambil sarang burung Manyar "tempuah" yang bergelantung pada pohon Bayur, terletak ditepian sawah. Saat itu padi sedang bunting, hampir mengeluarkan buahnya. Semula penulis ada rasa takut untuk mendekati pohon yang ada sarang burung Manyart "tempuah". Namun dikarenakan rasa keinginan untuk mengambil salah satu dari sarang itu, timbullah rasa keberanian melemparkan sepotong kayu kearah sarang-sarang yang bergelantungan itu.

Lemparan kayu pertama meleset, lemparan kedua hampir kena dan lemparan kayu kelima jatuh salah satu sarang burung Manyar "tempuah". Begitu sarang burung itu jatuh, penulis langsung menghampirinya. Namun betapa terkejutnya penulis ketika melihat didekat sarang burung itu ada segerombolan tawon yang siap menyengat. Tanpa pikir panjang, penulis langsung melarikan diri...


Gambar ini hanya ilustrasi...



9 comments:

  1. Saya tahu peribahasa "kalau tiada berada-ada masakan tempua bersarang rendah" berikut artinya waktu saya di SMP tahun 70an... tapi penjelasannya baru saya peroleh dari teman kerja saya sekitar 6-7 th yll. Dan semakin jelas dengan contoh yg diberikan oleh penulis di atas.

    ReplyDelete
  2. trimakasih untuk penjelasan magna harfih "burung manyar bersarang rendah" menginspirasi saya untuk menuliskannya kembali,,,

    ReplyDelete
  3. Jangan mudah terbujuk rayu seseorang . manis di depan lain di belakang .

    ReplyDelete
  4. t̸e̸r̸i̸m̸a̸ k̸a̸s̸i̸h̸ a̸t̸a̸s̸ p̸e̸n̸j̸e̸l̸a̸s̸a̸n̸ n̸y̸a̸ s̸e̸k̸a̸r̸a̸n̸g̸ b̸a̸r̸u̸ s̸y̸ m̸e̸n̸g̸e̸r̸t̸i̸

    ReplyDelete
  5. Mengikuti kuliah UAS, tempua bersarang rendah bila padi mulai menguning. Senang untuk makan nanti. Begitulah

    ReplyDelete

 
Blogger Templates