Diceritakan kembali.... selamat membaca...!
Suatu hari ada seorang saudagar kaya yang hobinya memelihara burung
Perkutut. Saudagar tersebut cukup banyak memelihara burung perkutut dan
burung-burung itu dipelihara dalam sebuah kurungan/sangkar yang
berbentuk sangat indah. Melihat indahnya sangkar tersebut bisa dipastikan
bahwa harganya cukup mahal.
Bahkan ada beberapa burung yang mendapatkan fasilitas sangkar yang
paling mahal yang konon katanya berlapis emas karena konon juga
burung-burung itu dapat bicara seperti layaknya manusia.
Sungguh luar biasa betapa seekor burung bisa mendapatkan rumah yang
berlapiskan emas. Mungkin hal ini karena rasa cinta dari saudagar yang
begitu besar terhadap burung peliharaannya.
Sebelum pergi, setiap pagi sang saudagar selalu memberi makan
burung-burungnya terlebih dahulu. Betapa senang hatinya telah bisa
memberikan segala yang terbaik bagi burung-burung peliharaannya.
Suatu hari, sang saudagar ingin mengetahui apakah burung
peliharaannya tersebut juga merasa bahagia seperti dirinya. Maka untuk
itu saudagar itu mendatangi burung perkututnya yang berada disangkat
yang berlapis emas burung-burung yang konon bisa bicara layaknya
manusia.
Sungguh kaget saudagar tersebut mendengar jawaban burung perkututnya
bahwa mereka belum merasa bahagia dan burung perkututpun ingin bisa
hidup dialam bebas dan bisa melakukan apa yang terbaik buat mereka.
Meskipun berat hati pada akhirnya sang saudagar mau juga melepaskan
burung perkututnya satu persatu ke alam bebas. Namun, jauh di lubuk
hatinya yang paling dalam sang saudagar tadi benar-benar baru menyadari
bahwa makna kebahagiaan bagi dirinya ternyata sangatlah jauh berbeda
dengan yang dimaksud burung-burung tadi.
Begitu juga dengan kita terhadap anak-anak. Karena rasa sayang
orangtua yang begitu besar, sering kali orang tua banyak mengekang anak
seperti burung dalam sangkar. Begitu pula halnya dengan guru disekolah.
Kita telah mengurung kebebesan anak didik seperti burung dalam sangkar,
dengan maksud yang baik, para guru mengajarkan apa saja yang dianggap
baik dan berguna pada murid, memberikan tugas yang wajid dikerjakan
setiap hari, memerintahkan untuk menghafal nama-nama kota dan
sebagainya. Namun, apakah hal ini membuat murid kita bahagia? Sebenarnya
semua murid kita jauh lebih menginginkan kebebasan dalam belajar,
kebebasan dalam berpikir, kebebasan memilih ekspresi mereka
masing-masing, kebebasan untuk belajar sesuai dengan gaya mereka
masing-masing.
Pernahkah kita bertanya kepada murid-murid, apakah yang telah
diberikan itu membuat mereka bahagia? Mari biasakanlah untuk selalu
bertanya apakah anak kita bahagia dengan apa yang kita berikan. Apa
sebenarnya yang bisa membuat anak bahagia dan apa sebenarnya yang
diinginkan anak dari orangtua atau gurunya?
Mari kita berikan kebebasan pada anak untuk bisa mengekspresikan
keunggulan masing-masing agar mereka bisa terbang untuk mencapai puncak
cita-citanya yang tertinggi. Hidup mandiri dan tidak hanya bisa hidup di
dalam sangkar emas yang selalu tergantung pada orang lain yang
memberinya makan setiap hari.
Sumber : situs internet
No comments:
Post a Comment