White-rumped Shama. Copsychus malabaricus (Scopoli, 1786)
Murai-batu medan (Bukit lawang, Bohorok, dan kaki G.Leuser yang masuk wilayah Sumatera utara); Murai Aceh (kaki G.Leuser yang masuk wilayah Aceh); Murai-batu Nias (Pulau Nias); Murai jambi (Bengkulu, sumatera selatan, dan Jambi); Murai-batu lampung (Kepulauan Krakatau dan Lampung); Murai banjar (Kalimantan bagian timur dan selatan); Murai palangka (Kalimantan bagian tengah dan barat); Larwo (Pulau jawa bagian barat dan tengah).
Badan
Burung cacing berukuran agak besar (27 cm), berekor panjang, putih,
hitam, dan merah karat. Kepala, leher, dan punggung hitam dengan kilauan
biru; sayap dan bulu ekor tengah hitam buram, tungging dan bulu ekor
luar putih; perut merah karat jingga. Iris coklat tua; paruh hitam; kaki coklat abu-abu.
Suara
Indah,rumit, kicauan merdu dan bervariasi, termasuk saat menirukan kicauan burung lain.
Penyebaran dan Ras
Global: India ke Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sunda besar.
Lokal: Di Sumatera
(termasuk pulau-pulau disekitarnya) pernah menjadi burung yang mudah
ditemui di dataran rendah, sampai ketinggian 1.500 m. Di Jawa (termasuk
Kangean), burung ini sudah menjadi langka di hutan dataran rendah akibat
penangkapan yang tidak terkendali, seperti yang masih terjadi di
Sumatera saat ini. Belum ada catatan dari Bali. Bentuk ekor hitam
terdapat di P.Kangean, P.Panaitan, dan di beberapa pulau lepas pantai
barat Sumatra.
Ras: Pembagian ras
masih meragukan karena jumlah contoh spesimen yang digunakan terlalu
sedikit. Beberapa ras yang telah di deskripsikan dianggap memiliki
perbedaan yang tidak nyata, sementara yang lain dianggap lebih tepat
menjadi jenis yang berbeda-bukan ras.
Ras C.m. stricklandii (Kalimantan bagian utara dan P.banggi) dan C.m. barbouri (Kepulauan
Maratua di sebelah timur Kalimantan) lebih tepat ditetapkan sebagai
jenis yang berbeda karena diketahui hidup bersama dengan ras C.m. suavis meski hanya pada areal seluas 300 km². Ras C.m. albiventris
yang terdapat di kepulauan Andaman karena terpisah sangat jauh dengan
ras-ras yang lain juga dapat dianggap sebagai jenis yang berbeda, namun
masih diperlukan kajian lebih mendalam.
Ras-ras lain yang masih memerlukan tambahan informasi untuk dapat dibedakan secara nyata, antara lain adalah 1) C.m. indicus (Nepal bagian timur sampai Indochina bagian utara), C.m. pellogynus (Myanmar bagian tenggara dan semenanjung Thailand) dan C.m. minor (Pulau Hainan) tampak serupa dengan C.m. interpositus; 2) C.m. mallopercnus (Semenanjung Malaysia), C.m. javanus (Pulau jawa bagian barat dan tengah), C.m. omissus (Pulau jawa bagian timur), C.m. eumesus (Kepulauan Natuna) dan C.m. ochroptilus (Kepulauan Anamba) tampak serupa dengan C.m. tricolor; dan 3) C.m. opisthopelus (Kepulauan Batu) di sebelah selatan Pulau Weh dan C.m. opisthisus (Kepulauan Banyak) di sebelah barat Pulau Sumatera tampak serupa dengan C.m. melanurus. Semua populasi dari ras C.m. interpositus dapat digantikan dengan C.m. macrourus jika terdapat terbukti karakternya lebih stabil.
Ras-ras yang karakternya dianggap telah stabil:
- suavis (P. L. Sclater, 1861): Pulau Kalimantan (Sarawak dan Kalimantan).
- albiventris (Blyth, 1859): Kepulauan Andaman.
- interpositus (Robinson & Kloss, 1922): Nepal, India bagian utara dan tengah sisi utara dan timur, Myanmar, China bagian selatan (Yunnan bagian selatan), Thailan dan Indochina.
- macrourus (J. F. Gmelin, 1789): Pulau Con Son di selatan Vietnam.
- tricolor (Vieillot, 1818): Semenanjung Malaysia (malaysia bagian barat), Sumatera, Jawa, Bangka, Belitung, Kepulauan Natuna dan Kepulauan Anamba.
- melanurus (Salvadori, 1887): Pulau-pulau kecil di sebelah barat Sumatera, kecuali Pulau Enggano.
- mirabilis (Hoogerwerf, 1962): PulauPanaitan, Ujung kulon, Jawa Barat.
- nigricauda (Vorderman, 1893): Pulau Kangean
- malabaricus (Scopoli, 1786): India bagian barat dan selatan.
- leggei (Whistler, 1941): Srilangka.
Tempat Hidup dan Kebiasaan
Pemalu, berdiam di keribuan semak hutan yang lebat.
Bernyanyi secara bergairah di pagi dan petang hari dari tenggeran rendah
dengan sayap menjuntai dan ekor tegak. Berlompatan dari tanah atau
terbang pendek-pendek melalui tumbuhan bawah, menyentakkan ekornya yang
panjang pada waktu mendarat.
Galeri
Sumber : http://www.kutilang.or.id
No comments:
Post a Comment